16 November 2008

siapa sangka kalau Jepang negeri peniru juga??

Jepang dengan segala keunikan budayanya memang sangat menarik untuk dibahas. Lihat saja hobi dan kebiasaan anak muda di Indonesia sekarang, banyak sekali yang hobinya serba berbau Jepang. Harajuku style, cosplay, manga, anime, dll. Suatu saat pernah saya bertanya pada mereka yang hobi dengan segala sesuatu yang berbau jepang, "sebenarnya apa sih yang disukai atau yg bikin kamu tertarik sama jepang?" Rata-rata jawaban yang diberikan oleh mereka adalah karena kebudayaan Jepang yg unik dan menarik.

Di balik segala keunikan budaya Jepang, siapa yang menyangka bahwa sebenarnya beberapa budaya yang saat ini kita anggap sebagai budaya jepang, atau yang oleh jepang sendiri diklaim sebagai budaya mereka sebenarnya tidak benar-benar berasal dari jepang. Sekarang saya akan mencoba bercerita tentang beberapa budaya Jepang yg sebenarnya kalo kita perhatikan dari sejarahnya, semua itu tidak murni berasal dari Jepang.

1. HURUF KANJI

Huruf kanji yang dikenal sebagai huruf kanji Jepang sebenarnya adalah huruf yang dipakai orang-orang tiongkok/china untuk berkomunikasi secara tertulis. Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tiongkok melalui Semenanjung Korea mulai abad ke-5 Masehi. Sejak itu pula, aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain.

Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis dalam bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa Tionghoa. Sistem kanbun (漢文) merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa Tionghoa yang dilengkapi tanda diakritik. Sewaktu dibaca, tanda diakritik membantu penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan infleksi sesuai aturan tata bahasa Jepang.

Selanjutnya berkembang sistem penulisan man'yōgana yang memakai aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Sistem ini dipakai dalam antologi puisi klasik Man'yōshū. Sewaktu menulis man'yōgana, aksara Tionghoa ditulis dalam bentuk kursif agar menghemat waktu. Hasilnya adalah hiragana yang merupakan bentuk sederhana dari man'yōgana. Hiragana menjadi sistem penulisan yang mudah dikuasai wanita. Kesusastraan zaman Heian diwarnai karya-karya besar sastrawan wanita yang menulis dalam hiragana. Sementara itu, katakana diciptakan oleh biksu yang hanya mengambil sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam man'yōgana.

Di dalam bahasa Jepang sendiri dikenal dua cara pelafalan kanji yang berbeda, yaitu lafal On'yomi (音読み) atau ucapan Cina yang merupakan cara membaca aksara kanji mengikuti cara membaca orang Cina sewaktu karakter tersebut diperkenalkan di Jepang. Dan yang kedua adalah lafal Kun'yomi (訓読み) atau ucapan Jepang adalah cara pengucapan kata asli bahasa Jepang untuk karakter kanji yang artinya sama atau paling mendekati. Kanji tidak diucapkan menurut pengucapan orang Cina, melainkan menurut pengucapan orang Jepang.

Namun, walaupun Jepang meniru atau menyerap sistem tulisan kanji Tionghoa, rupanya Jepang tidak ingin secara penuh menjiplaknya, tetapi mereka melakukan sedemikian modifikasi sehingga diperoleh aksara yang membedakan dengan kanji Tionghoa. Kokuji (国字 aksara nasional) atau wasei kanji (和製漢字 kanji buatan Jepang) adalah karakter kanji yang asli dibuat di Jepang dan tidak berasal dari Tiongkok. Kokuji sering hanya memiliki cara pembacaan kun'yomi dan tidak memiliki on'yomi.

Pemerintah Jepang mengeluarkan daftar aksara kanji yang disebut Tōyō kanji (当用漢字表 karakter masa kini) pada 16 November 1946 yang seluruhnya berjumlah 1.850 karakter. Daftar ini memuat aksara kanji yang telah disederhanakan atau shinjitai (新字体 karakter bentuk baru). Sebaliknya, aksara kanji yang belum disederhanakan disebut kyūjitai (旧字体).

Kementerian Pendidikan juga memiliki daftar kyōiku kanji (教育漢字 kanji pendidikan) yang diambil dari daftar Jōyō kanji. Daftar ini berisi 1.006 karakter untuk dipelajari anak sekolah dasar di Jepang. Selain itu, pemerintah Jepang mengeluarkan daftar jinmeiyō kanji (人名用漢字 kanji nama orang) yang dipakai untuk menulis nama orang. Hingga 27 September 2004, daftar jinmeiyō kanji berisi 2.928 karakter (daftar Jōyō kanji ditambah 983 kanji nama orang).

2. SENI TANAMAN BONSAI

Bonsai dipercaya sebenarnya berasal dari China. Bonsai mulai dikenal di China setidaknya sejak 4000 tahun yang lalu pada masa Dinasti Han.

Kata Bonsai sendiri diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai (Pen= Pot – Zai= Pohon), Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing (Pinyin). Pen = Pot/Wadah/Dulang - Ying = Panorama Alam.

Meskipun kata “bonsai” berasal dari bahasa jepang, seni bonsai pertama kali muncul di Cina pada masa pemerintahan Dinasti Tsin (265-420) dan semakin marak pada masa Dinasti Tang (618-907). Pada masa Dinasti yuan (1280-1368) banyak pejabat, pelajar, dan pedagang dari Jepang yang membawa seni bonsai itu ke negerinya. Di Jepang, pada tahun 1309, seni bonsai ini mulai marak dan banyak digemari masyarakat. Bukti konkretnya adalah banyaknya lukisan karya Takakane Takashima yang menggunakan bonsai sebagai objeknya.

Penjing itu adalah merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup.

Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai.

Pada mulanya, orang-orang Jepang menggunakan pohon miniatur yang dibesarkan di wadah-wadah untuk mendekorasi rumah dan taman mereka. Pada zaman Zaman Edo, penanaman tersusun di kebun mendapat kepentingan yang baru. Kultivasi tanaman seperti azalea dan maple menjadi suatu hobi untuk masyarakat yang tingkat atas. Pada waktu tersebut, istilah yang dipakai untuk memanggil pohon kerdil yang dipotkan adalah 鉢の木 (hachi-no-ki)

Istilah bonsai ini muncul di jepang pada pemerintahan Kamakura (1192-1333) yang dicatat dalam Kasuga Srhire. Pada masa yang sama, sebuah ilustrasi tentang bonsai muncul dengan gambar yang terkenal milik seorang pendeta bernama honen, Ilustrasi itu menggambarkan bonsai dibuat de4ngan tujuan memenuhi kepuasan penggemarnya. Pada masa itu pohon-pohon dikumpulkan berbagai lokasi, seperti pegunungan dan lading, lalu dikerdilkan dan ditanam di pot.

3. IKAN KOI

Mengenai asal usul ikan koi ini sebenarnya ada dua pendapat. Pertama, berasal dari buku Koi karya Takeo Kuroki yang menyebutkan bahwa ikan cantik warna-warni ini sebenarnya berasal dari Persia. Kemudian dibawa ke Jepang oleh orang-orang China lewat daratan China dan Korea. Di negeri Matahari Terbit itu koi berkembang pesat sejak 160 tahun lalu.

Versi kedua menyebutkan, orang-orang China-lah yang pertama kali membudidayakan ikan karper sebagai cikal bakal koi. Namun, setelah sampai ke Jepang, para peternak ikan di Pegunungan Ojiya, Niigata, mulai mencoba membudidayakan koi. Ternyata berhasil.

Di Jepang sendiri, ikan itu disebut Nishikogoi. Nishi berarti ikan warna-warni dan Goi berarti ikan karper. Karena keelokannya, muncullah julukan koi kembang dan ikan khayalan, sementara nama Koi sendiri sebenarnya berasal dari huruf China. Sejak 2.500 tahun lalu, tepatnya pada pemerintahan Raja Shoko di Jepang, sebutan koi sudah dikenal.

Tidak ada komentar: